Search This Blog

Thursday, February 10, 2011

Yahudi Indonesia : Lebih Baik Diskusi dengan FPI dari pada dengan Liberal

Yahudi Indonesia : Lebih Baik Diskusi dengan FPI dari pada dengan Liberal
Jum'at, 28 Januari 2011 
Hidayatullah.com--Bulan Desember 2010 lalu Hidayatullah Media melakukan safari jurnalistik ke beberapa daerah di Sulawesi Utara (Sulut). Kunjungan tersebut dilakukan untuk melihat dari dekat pengaruh Yahudi di daerah yang didominasi umat Nasrani tersebut.
Sebelumnya, diberitakan pemerintah Kabupaten Minahasa Utara, Sulut, telah membangun sebuah menara Yahudi (menorah) setinggi 19 meter di kaki Gunung Klabat. Menorah itu merupakan yang terbesar di dunia, dibandinkan dengan menorah serupa di Gedung Parlemen Israel, Knesset, yang hanya setinggi lima meter.
Selain menorah, hal-hal berbau dukungan terhadap Israel juga mudah ditemukan di daerah Minahasa ini. Seperti lambang Bintang Daud yang bisa ditemukan di bus-bus dan angkutan kota, bendera Israel di pangkalan ojek, dan sebagainya. Sinagog, rumah ibadah Yahudi pun ada di daerah ini.
Dalam kesempatan itu, Hidayatullah Media juga melakukan wawancara dengan Ketua Indonesia Jews Community, Yaacov Baruch. Berikut kutipan wawancara wartawan Hidayatullah Media, Surya Fachrizal dengan Yaacov, yang juga menjadi dosen di Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, Manado, seperti dikutip dari majalah Suara Hidayatullah edisi Januari 2011.
Bagaimana keturunan Yahudi di Manado bisa berkumpul?
Kita kenalnya dari marga. Keturunan-keturunan Yahudi di Indonesia berasal dari Belanda dan Irak. Tapi untuk pengetahuan, mereka sudah tidak tahu sama sekali ajaran Yahudi.
Di keluarga, cuma saya saja yang getol mendalami ajaran Yahudi. Dan, ketika kita kumpulkan, ternyata mereka banyak yang Kristen, ada yang Muslim, ada yang Buddhis.
Apakah Yahudi punya tujuan mencari pengikut di negeri ini?
Dalam Judaisme, kita tidak boleh mengajak orang masuk ke agama kita. Itu sangat diharamkan oleh rabbi-rabbi. Dalam aturan Yahudi, halacha, kita disuruh menolak orang yang mau masuk ke Yahudi sampai tiga kali.
Kalau ada orang non-Yahudi bilang ke rabbi kalau dia ingin jadi Yahudi, dia akan ditanya, untuk apa? Kamu akan menjadi gila. Kamu orang bebas, untuk apa mau jadi orang yang paling dibenci, paling dikutuk oleh dunia.
Jadi sebenarnya, orang Yahudi itu menganggap konyol jika ada orang non-Yahudi mau menjadi Yahudi.
Harapan Anda sebagai Yahudi terhadap pemerintah Indonesia?
Saya ingin seperti di Iran. Iran itu sangat anti Israel, dia anti sekali zionisme. Tetapi dia melindungi warga Yahudi di negaranya. Karena kita Yahudi, tidak mau disamakan dengan zionisme. Kita lahir di Indonesia, apa urusannya dengan negara Israel. Tidak semua Yahudi mendukung zionisme.
Justru yang berbahaya itu gerakan Zionis Kristen, seperti yang banyak terdapat di Amerika. Mereka yang sangat mendukung berdirinya negara Yahudi Israel di Palestina.
Mengapa mereka bisa seperti itu?
Karena mereka percaya semakin cepat membuat orang-orang Yahudi pulang (ke Jerusalem), maka Yesus Kristus itu cepat datang .
Apakah anda mendukung Zinonisme?
Tolong digarisbawahi, Judaisme itu berbeda dengan Zionisme. Zionisme adalah gerakan politik dari orang Yahudi sekuler yang mau membangun negara Israel raya. Sedangkan rabbi-rabbi ortodoks menentang pendirian negara Yahudi, dan mengatakan kita bisa beragama di mana saja.
Para rabbi ortodoks mengatakan, kembalinya orang Yahudi ke Israel menunggu datangnya messias. Jangan kita mendahului messias.
Siapa yang dimaksud Mesias?
Mesias adalah seorang Yahudi yang diurapi oleh Tuhan, yang akan datang untuk membawa seluruh orang Yahudi  pulang ke tanah Israel dan membangun Bait Suci ketiga di Jerusalem. 
Apakah sama dengan kedatangan mesias versi Kristen?
Bangsa Yahudi percaya bahwa Mesias adalah manusia. Kristen percaya Tuhan dan Mesias adalah satu karakter dalam diri Yesus Kristus.
Dalam ajaran Yahudi dikatakan, selain Yahudi adalah goyim atau gentiles. Setelah memeluk Yahudi, bagaimana pandangan anda terhadap non-Yahudi, khususnya kepada orang tua Anda?
Iya. Dalam ajaran Yahudi ada istilah Yehudim dan Goyim. Goyim artinya bangsa-bangsa di luar Yahudi. Kalau diartikan ke bahasa Arab artinya kafir. Tetapi orang Yahudi tidak menganggap goyim untuk didakwah atau untuk dibenci.
Khusus kepada bangsa Arab atau Muslim, orang Yahudi menyebutnya dengan denai (anak-anak) dodim (sepupu, cousins). Dengan kata lain, mereka ada sepupu. *
Bagaimana dengan ajaran kabbalah dalam Judaisme yang sering dipandang sebagai aliran penyembah setan?
Kabbalah adalah hal-hal di dalam Judaisme yang menyangkut hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Saya sendiri tidak bisa jelaskan secara jelas. Karena ada tiga syarat untuk kabbalah. Pertama, Yahudi, kedua sudah menikah, ketiga, usia minimal 40 tahun.
Jadi kabbalah-nya Madonna, dan lain-lain itu kabbalah yang ngarang bukan Judaisme asli.
Babagaimana dengan Freemasonry?
Freemasonry ataupun Illuminati itu dari Katolik. Saya bisa jamin seratus persen hal itu bukan dari Judaisme. Kalau pun ada orang Yahudi di sana, tapi ada juga dari Katolik dan Protestan.
Bagaimana dengan buku-buku tentang Freemasonry yang selalu mengaitkan Yahudi di dalamnya?
Dia sama sekali bukan cabang dari Judaisme, dan tidak ada unsur religius Judaisme. Saya baca buku-buku itu sampai stres juga. Ini sudah fitnah seribu persen.
Bagaimana dengan teori konspirasi dari protokol zionis yang disusun tokoh pendiri negara Israel, Theodore Herzl?
Menurut pengalaman saya pribadi, setelah sebelas tahun hidup dengan orang-orang Yahudi ortodoks, hal seperti itu tidak ada. Lagi pula Herzl itu kan sekuler, dia tidak sunat. Dia banyak membantah rabbi-rabbi. Dia juga yang membantah 150 rabbi dari Amerika dan Kanada sewaktu menggagas negara Israel.
IJC itu organisasi seperti apa?
IJC seperti paguyuban saja. Seperti paguyuban masyarakat Sunda, dan lain-lain. Kita paham Yahudi tidak diakui sebagai agama di Indonesia. Jadi kita tidak bisa bertindak secara formal untuk membuat yayasan atau sekolah Yahudi di sini.
Anggotanya berapa?
Anggotanya keturunan Yahudi di Indonesia. Di Manado ini, keturunan Yahudi ada 200 hingga 300 orang. Tetapi tidak semuanya Yahudi, ada yang Kristen.
Apa motivasi Anda memeluk agama Yahudi?
Pertama, karena saya diberitahu saya keturunan Yahudi. Dan saya ingin memelihara akar Yahudi yang ada dari garis keturunan Ayah dan Ibu saya.
Pada awalnya bagaimana anda belajar tentang Judaisme?
Saat saya SMA, tahun 1999. Saat itu tidak ada rabbi atau sinagog di Manado. Saya banyak belajar di internet, lalu teman-teman yang saya kenal via internet juga banyak membantu mengirimkan buku-buku.
Di mana anda mendapatkan pengakuan menjadi seorang Yahudi?
Di Israel. Saya pertama kali ke sana tahun 2009. Saya membawa dokumen-dokumen yang diperlukan, seperti akta lahir, foto-foto, dsb. Data-data tersebut kemudian dicocokkan di Museum Diaspora.
Dari mana Anda mendapat gelar rabbi dan sejak kapan?
Sebelumnya saya masuk semacam seminari Yahudi di Singapura dan Israel. Pada tahun 2004  beberapa rabbi dari Israel datang ke Indonesia. Karena  saya yang urus sinagog maka mereka menunjuk saya sebagai rabbi.
Sejak kapan Sinagog di Tondano dibuat, dapat dana dari mana?
Sinagog itu dibuat pada tahun 2004. Ada keluarga saya dari Belanda yang tahu aktivitas saya kemudian menawarkan untuk membiayai pembuatan sinagog. Mereka keluarga Kristen, bukan Yahudi. Karena orang Kristen percaya, kalau memberkati Yahudi maka akan mendapat berkat.
Yahudi dan Kristiani sama-sama percaya terhadap kitab Perjanjian Lama?
Bagi Yahudi, itu memang kitab suci. Kita tetap memakainya, Kristen yang tidak pakai. Kalau dia pakai Perjanjian Lama dia tidak makan babi dia harus sunat, dia harus kosher (“halal” ala Yahudi-red).
Jadi, hal seperti syariat Islam tidak masalah dengan saya. Bagus, dong, nggak ada babi.
Anda pernah berdialog dengan pihak Islam?
Saya sering bicara dengan Djohan Effendi
Apakah anda dekat dengan kalangan liberal?
Memang ada dari kalangan Islam liberal yang mendekati dan mengajak saya diskusi. Tapi saya tahu, mereka juga disorot oleh kalangan Islam mainstream. Jadi buat apa saya mendekat dengan mereka. Ibarat dosa dua kali: sudah Yahudi dekat dengan liberal, pula. Lebih baik saya diskusi dengan (Ketua Umum FPI) Habib Rizieq sekalian. *
Rep: Surya Fachrizal Ginting
Red: Cholis Akbar

http://www.hidayatullah.com/read/15041/28/01/2011/yahudi-indonesia-:-lebih-baik-diskusi-dengan-fpi-dari-pada-dengan-liberal.html

POSISI KRISTEN ARAB DALAM MASALAH PALESTINA-ISRAEL

DECEMBER 14, 2010


POSISI KRISTEN ARAB DALAM MASALAH PALESTINA-ISRAEL

Oleh : Bambang Noorsena


Saya ingin jadi martyr di Tanah Suci. Jika saya kalah suatu hari nanti seorang anak Palestina akan mengibarkan bendera di atas gereja dan masjid
(Presiden Yasser Arafat).



Gambar Warga Kota Kristen Arab, Nazareth Melempari Zionis pada tahun 2000


Sumpah Yasser Arafat ini diucapkan ketika Israel menyekapnya di Ramallah, menyusul pelarangannya untuk menghadiri khidmad Miladiyah (misa hari Natal) lalu, sebuah ritual semi-resmi kenegaraan Palestina setiap akhir tahun.) Pidato Arafat di atas, menunjukkan bagaimana posisi sebenarnya umat Kristen Arab dalam masalah Israel-Palestina, yang selalu bahu membahu dalam menghadapi zionisme Israel. Masalah ini penting dikemukakan sebagai imbangan informasi yang apriori dan serba satu sisi mengenai masalah Timur Tengah selam ini, khususnya Israel-Palestina, yang selama ini dianggap konflik antara Islam dan Kristen.


GEREJA-GEREJA ARAB MENOLAK ZIONISME ISRAEL


Ibu-ibu Kristen Berjilbab di tanah Palestina. Demo di atas menunjukkan bagaimana ibu- ibu Kristen Arab pun berjihad menentang pendudukan rasis zionis di Bethlehem. Bagaimana dengan anda ????
Sejak solidaritas Arab Palestina dibentuk, yang pada gilirannya diarahkan untuk menentang zionisme Israel, bahkan pada saat-saat paling krisis, orang-orang Kristen ada di tengah-tengah perjuangan itu sejak semula. “Pada masa-masa krisis melawan Israel”, kata uskup Najib Quba’in, salah seorang pemimpin gerakan ekumene gereja-gereja di Timur Tengah, “secara naluriah, orang-orang Palestina, baik Muslim maupun Kristen, menjadikan gereja sebagai tempat berlindung dan bertahan”.) Najib Quba’in sudah mengatakan hal itu kira-kira tahun 1986, dan itulah yang kini terjadi kembali di Kanisah al-Mahd (Gereja Kelahiran Kristus), sehingga tentara Israel mengepung bangunan suci Kristen tersebut.

Mengapa orang-orang Arab Kristen, bersama-sama saudara Muslim mereka, menolak zionisme Israel sejak semula? Penolakan itu, bukan hanya didasarkan atas alasan politis, melainkan juga atas klaim teologis Yahudi di atas tanah yang mereka sebut Erets Yisrael (Tanah Israel) itu. “Janji akan bangsa terpilih itu”, tulis Mar George Khodre, seorang Uskup yang menggeluti dialog antariman di Lebanon, “telah digenapi dalam diri Kristusm keturunan Nabi Ibrahim”) Tanah Israel, dalam perspektif Perjanjian Baru, kini diwujudkan dalam warisan rohani oleh Roh Kudus. Karena itu umat pilihan, tidak hanya dinyatakan dalam satu bangsa, melainkan sebagai kesaksian Allah kepada segala bangsa. Pandangan teologis ini, tidak dapat diartikan sebagai sikap anti-Semistisme, seperti dipahami orang Yahudi zionis.

“Hati nurani Kristen”, tulis Khodre lagi, “akan terhindar dari sikap anti-semitisme, hanya apabila dibedakan tegas antara umat Yahudi dan Negara Israel”. Karena itu, orang Arab Kristen menolak zionisme sebagai ideologi, karena zionisme menggagahi hak-hak orang Palestina yang hidup di Tanah Suci, lalu mereka mengembangkan kebudayaannya sendir, aspirasi-aspirasi, senti-mensentimen dan keyakinan-keyakinan politik mereka dalam kerangka nasional Yahudi. Sebaliknya, umat Arab Kristen , memaklumkan sebuah universalisme mengatasi konflik, dan menginginkan kebersamaan diantara umat Yahudi, Kristen dan Islam di Palestina berdasarkan keikhlasan dan pengakuan atas pluralisme etnik, sosial dan agama.)

Pemahaman seperti ini, juga menjadi garis perjuangan Yasser Arafat yang memandang perjuangan Palestina bukan didasarkan Islam. Dalam kunjungannya ke Indonesia tahun 1984, Arafat malah mengakui bahwa umat Yahudi, bersama Kristen dan Muslim, adalah bagian dari tradisi Palestina yang hidup berdampingan secara damai dengan hak-hak kewarganegaraan yang sama. Juga, klaim Kristen bahwa umat pilihan Tuhan tidak identik dengan sebuah negara Israel, malahan diakui oleh orang-orang Yahudi di Eropa yang menggelar demo anti-Zionisme akhir-akhir ini. “Zionisme tidak akan sukses”, kata mereka. “Umat Yahudi tidak membutuhkan negara, sebelum kedatangan Mesiah”.) Perlu dicatat, sampai hari orang Yahudi masih menantikan kedatangan Mesiah, karena menolak Yesus sebagaimana dipahami dalam iman Kristen.


ORANG-ORANG KRISTEN DI PENTAS PERJUANGAN PALESTINA


Natal pun Tiada damai karena Zionist. Sekali lagi penjajah rasis Zionist israel membuat ulah. Pada hari natal 2005 mereka menghalangi para pendeta Lutheran bangsa Arab palestina dan jemaatnya yang hendak merayakan Natal kudus di tanah kelahiran Yesus di Bethlehem. Pendeta Munib Younan, pemimpin utama gereja Lutheran Palestina berasal dari Yerusalem, sedangkan istrinya Souad Yacoub dari Kfar Bir’im, satu wilayah yang desanya rata dengan tanah karena dihancurkan penjajah rasis zionis. kapan perayaan Natal damai di tanah merdeka Palestina, tanpa moncong senjata arogan zionist ?????
Garis pemikiran Arab Kristen, sebagaimana disuarakan oleh tokoh-tokoh gereja di Timur Tengah itu, dilanjutkan oleh para pejuang Kristen Palestina sekarang. Faktanya, diantara para pejuang Palestina yang rata-rata tangguh itu, didalamnya terdapat peran penting orang-orang Kristen. Dr.Hanan Ashrawi, yang sangat berperan sebagai negosiator Palestina dalam Perjanjian Oslo tahun 1993, yang juga pernah menjadi Menteri Pendidikan dan Riset Otoritas Palestina, adalah juga seorang Kristen. Selain Ashrawi, kita juga mengenal George Habash dari The Populer Front for the Liberation of Palestine (PFLP), Nayef Hawatme dari The Democratic Front for the Liberation of Palestine (DFLP) dan Wali Hadad dari kelompok militan “Black September”. Sekalipun orang-orang Kristen juga turut dalam gerakanIntifadah melawan Israel, tetapi mereka tidak menjadikan Kristen sebagai landasan perjuangan, melainkan nasionalisme yang terbukti lebih mampu menyatukan rakyat Palestina.

PFLP dan DFLP ini, bersama dengan faksi-faksi nasionalis lain, seperti Al-Fatah, The Arab Liberation Front (ALF). The Palestine Liberation Front (PLF), dan The Palestine Comunist Party (PCP), bergabung dalam The Palestine Liberation Organization (PLO) yang dipimpin Yasser Arafat. Disamping Arafat, George Habash dan Hawatma adalah orang-orang yang berperan dalam terselenggaranya The Palestine National Council (PNC), yang mengangkat masalah Palestina sebagai bagian solidaritas bangsa-bangsa Arab. Selain mengangkat semboyan al-Wahda al-Wathaniyya (kesatuan Tanah Air), eksistensi Palestina, khususnya di bawah PLO, tegak berdiri ‘ala azas mustaqill wa mutakafi’ ma’a al-atraf al-ma’aniyya al-ukhra (menurut dasar kemerdekaan yang berlandaskan kesamaan dengan kekuatan politik lain). Selain itu masih disebut nama Uskup Ilyas al-Khouri, yang menjadi anggota eksekutif comitte (EC) PNC. Perlu dicatat PNC yang merupakan rintisan politik awal menuju terbentuknya negara Palestina ini, mengangkat 15 anggota EC yang mewakili faksi-faksi politik dan kelompok independen masyarakat.)

Setelah perjanjian Oslo 1993 menghasilkan pengakuan berdirinya Palestina, di kalangan Knesset (Parlemen) Israel masih berdiri partai-partai Arab. Partai-partai Arab ini, sekalipun tidak pernah memperoleh suara yang signifikan dalam pemilihan umum, didirikan untuk menampung aspirasi orang-orang Arab yang menjadi warga negara Israel. Disini, kita juga mengenal Dr.Azmi Bishara, seorang Kristen dari Partai Arab Hadash Balad, yang sangat vokal menentang kebijaksanaan partai garis keras Yahudi yang anti Israel. Dr.Azmi Bishara ini, saking vokalnya, pernah mencalonkan diri jadi PM Israel tahun 2000 yang lalu. Langkah tidak populer Bishara ini, tentu saja sangat menjengkelkan partai-partai kanan Yahudi, sampai-sampai Dr.Kteiner dari partai Gesher Likud, mengajukan RUU yang melarang orang Arab menjadi PM Israel.

Pada saat Israel membombarbir Ramallah, Jenin dan wilayah-wilayah Palestina sekarang, Hadash Balad ini, melalui juru bicaranya Issam Makhaol, bersama-sama dengan Yigal Bibi dari National Religion Party (NRP) dan Talab A.Safa dari United Arab Party (UAP), berusaha keras menentang kebijaksanaan Ariel Sharon, hingga mereka diusir keluar dari ruang sidang Knesset. Partai-partai Arab di Knesset Israel ini, juga menjadi salah satu kekuatan lobi politik Arafat. Dalam konfilk Isarel-Palestina sekarang, yang setelah pembebasan Arafat dari sekapan tentara Israel masih menyisakan “krisis al-Mahd Nativity”,--karena Israel yang dikonsentrasikan pada gereja kelahiran Kristus di Bethlehem,-- sikap para pemimpin gereja di Palestina sangat tegas. Lihat saja, misalnya, bagaimana komentar Patriakh Latin Michel Sabah yang tidak henti-hentinya menyerukan kebersamaan Kristen-Islam dalam melawan agresi Yahudi. Patriakh Theodosious Hanna dari Orthodoks Yunani, yang mengatakan bahwa politik “ethnic cleaning” Sharon lebih buruk ketimbang “apartheid” Afrika Selatan dahulu. Sedangkan uskup Riah Abu al-Essal dari gereja Anglikan, ketika Israel mengutuk trend bom bunuh diri warga Palestina, ia menangkisnya dengan argumen bahwa tindakan itu hanya ekses dari pelanggaran Israel terhadap hak-hak rakyat Palestina.

Mengenai penilaian “sayap kanan” islamis Palestina terhadap kebijaksanaan penyelesaian damai dengan Israel. “Fatamorgana perdamaian, atau perdamaian fatamorgana?” tanya Yusuf al-Qaradhawi skeptis, dalam al-Quds. Qadhiyyat Kulli Muslim. Karena itu, bagi Qardhawi, solusi masalah Palestina bukan pena tetapi pedang. Sikap inipun, terlepas menyetujuinya atau tidak, juga tidak bisa dikatakan mewakili “solusi islami” atas masalah Palestina, lalu vis a vis dihadapkan dengan faksi-faksi nasionalis yang mayoritas didukung Kristen. Sebab Edward Said, penulis buku Orientalism yang terkenal itu, juga menolak semua hasil perundingan Oslo tahun 1993 yang menghasilkan perdamaian Palestina-Israel. Bagi intelektual Kristen keturunan Palestina ini, perdamaian dengan Israel akan dijadikan Palestina sebagai pihak yang selalu dikalahkan dan dirugikan.

Begitu pula, dari antara korban-korban gerakan Intifadah Palestina melawan Israel beberapa tahun lalu, banyak ditemukan mereka yang tewas dengan kalung salib di dada mereka. Salah seorang Kristen Palestina yang menjadi pemimpin gerakan Intifadah adalah Mubarak Awwad, yang juga pendiri The Palestinia Center for Study of Non-violence, di Yerusalem.) Ahmad al-‘Alami, dalam bukunyaYaumiyyat al-Intifadhah, yang memuat laporan lengkap mengenai peristiwa dan korban-korban Intifadhah itu, juga menyebutkan peranan lembaga-lembaga Kristen di Bethlehem bekerjasama dengan pemerintah Palestina membantu para pejuang Palestina.)


TEOLOGI PEMBEBASAN PALESTINA

Posisi Kristen dalam gerakan Intifadha dan perjuangan Palestina pada umumnya, juga ditulis oleh teolog Pembebasan Palestina, Naim S.Ateek dalam bukunya,Justice, and Only Justice. A Palestinian Theology of Liberation,) dan Faith and The Intifadha: Palestinian Christian Voices. ) Perlu ditambahkan di sini, teologi Pembebasan Palestina adalah refleksi teologis Kristen Palestina terhadap situasi yang dialami oleh rakyat Palestina, khususnya dalam menghadapi ketidakadilan Barat dan Israel.

Tokoh-tokoh teologi Pembebasan Palestina, antara lain: Abba Mitri Raheb dari Bethlehem, Uskup Munib A.Younan dari Ramallah, dan Abba H.Shehadeh dari Shabaram, Galilea. Berbeda dengan teologi Pembebasan di Amerika Latin yang menggunakan “pisau analisa” Marxis, teologi Pembebasan Palestina sepenuhnya adalah refleksi Kristen setempat, yang berangkat dari kondisi riil rakyat Palestina. Pokok-pokok pemikiran teologi Pembebasan Palestina hendak menjawab pergumulan ini:

  1. Cara pendekatan terhadap Alkitab yang melulu dipandang dari sudut Israel, tentu telah melahirkan sikap “menghalalkan segala cara” asal untuk kepentingan Israel, dan itu berarti mengorbankan orang Palestina. Maksudnya, Alkitab ditarik untuk kepentingan kelompok tertentu dengan mengorbankan manusia yang lain yang juga sama-sama umat Allah. Akibatnya, Kitab Suci yang satu dan sama itu menjadi “berkat bagi Israel, dan kutuk bagi Arab-Palestina”.
  2. Bagaimana menjawab klaim kelompok Yahudi (yang didukung kelompok Kristen Injili Amerika) tentang penguasaan terhadap “Tanah Suci”, khususnya Yerusalem, yang dikaitkan dengan kembalinya umat Yahudi diaspora pada tahun 1948. Padahal realitanya sekarang tanah Palestina telah menjadi “wathan” (tanah air) bersama Israel dan Palestina, dengan tetap memelihara identitas Yahudi, Kristen dan Islam. Tidak bisa menghapuskan salah satu identitas ketiga iman rumpun Ibrahim tersebut.
  3. Menghadapi klaim-klaim teologis, baik Yahudi ataupun Islam, umat Kristen merefleksikan bagaimana keadilan Allah dalam kasus yang tak kunjung selesai. Dalam Kristus, Allah tidak hanya mengasihi umat Israel, tetapi juga seluruh dunia (cf. Yohanes 3:16, Liannahu hakadza ahaba Ilahu ‘alam), termasuk bangsa Palestina juga.
  4. Berdasarkan hal itu semua, bagaimanakah sekarang tugas orang beriman dalam menciptakan perdamaian di Palestina. Berdasarkan bunyi Manifesto Nazaret, bahwa Yesus diutus untuk “… menyampaikan kabar baik untuk orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang, tawanan, penglihatan kepada orang buta, membebaskan orang-orang tertindas dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Lukas 4:18-19). Mengacu pada sabda Yesus, Thuba lishaani’is salaami, liannahum abbna’a Ilahu yud’uun (Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah), para teolog pembebasan mengajak semua orang Kristen memberlakukan sabda Yesus tersebut dalam konteks Palestina-Israel sekarang.


Catatan Kaki : 

  1. Presiden Arafat selalu berpidato di Gereja al-Ma’had setiap Natal (‘Idul Milad), suatu peristiwa yang justru tidak pernah terjadi di negara Israel yang Yahudi. Ketika pemerintah Israel melarang Arafat berpidato di Gereja, ia tetap menyelenggarakan Natalan di istana Ramallah yang dihadiri 19 denominasi gereja di Tanah Suci (Al-Ru’ya, 26 Desember 2001).
  2. Larry Ekin, “Palestinians and the Response of the Oriental Churches” dalam WSCF Journal, May 1986, p.55.
  3. Metropolitan George Khodre, “Christian of the Orient: Witness and Future. The Case of Lebanon”, dalam WSCF Journal, May 1986, p.39-40.
  4. Ibid,h. 40.
  5. Demontrasi Yahudi Orthodoks ini dilancarkan di Gedung Komite Urusan Publik Israel-AS, di Washington, Senin 22 April 2002 (Surabaya Post, 23 April 2002). Di Tel Aviv, Sabtu, 10 Mei 2002 demonstrasi 60.000 (bahkan ada yang menaksir 100.000) warga Israel juga memprotes pendudukan kota-kota Palestina oleh tentara Israel (Media Indonesia, 13 Mei 2002).
  6. Joshua Teitelbaum, “The Paletine Liberation Organization” dalam Itamar Rabinovich-Haim Shaked (ed.), Middle East Contemporary Survey (San Fransisco-London : Westview Press 1986), p.205-210.
  7. Dr.Yusuf al-Qaradhawi, Palestina Masalah Kita Semua. Alih bahasa: ICMI Orsat Kairo (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999)
  8. Daniel L.Vuttry, Christian Peacemaking: From Heritage to Hope (Valley Forge, PA: Judson Press, 1994), pp.89-90.
  9. Ahmad al-‘Alami, Yaumiyyat al-Intifadhah (Al-Quds: Mansyurat wal Jaraat al-‘Alam al-Falisthin, 1995)
  10. Naim S.Ateek, Justice, And Only Justice. A Palestinian Theology of Liberation (New York: Orbis Books, 1990)
  11. Mark H.Elias dan Rosemery Radford Reuther (ed), Faith dan the Intifada: Palestinian Christian Voices (New York: Orbis Books, 1992)

Gerakan Hizbullah Unggul Telak Dari Intel Israel

YERUSALEM (Berita SuaraMedia) - Hizbullah memiliki intelijen informan yang lebih baik daripada Israel dan kendali yang lebih baik atas pasukannya selama Perang Lebanon Kedua, menurut sebuah laporan resmi IDF (Israel Defense Forces/Tentara Pertahanan Israel) yang baru-baru ini disusun oleh seorang perwira atas angkatan laut.

Artikel yang mendapat penghargaan dari Kepala Staf Umum Letnan Jenderal Gabi Ashkenazi tersebut ditulis oleh Lt-Kol. Robi Sandman, dan diterbitkan dalam edisi terbaru Ma'arahot, sebuah jurnal bulanan mengenai isu-isu militer.
Selama penelitian artikel yang diberi judul "Bagaimana orang-orang Arab sedang mempersiapkan diri untuk perang berikutnya," Sandman memerintahkan perwira senior IDF 24 untuk menilai tentara dan Hizbullah dalam 10 kategori, pada skala 1 sampai 10.
Sementara IDF saat ini menikmati fasilitas teknologi tinggi, namun laporan itu justru mengungkapkan bahwa pasukan tentaranya menunjukkan buruknya pengumpulan intelijen untuk Hizbullah, tidak efektif dalam memerintah pasukannya selama perang sebulan, dan kurang memiliki motivasi untuk menang.
Dalam hal agen intelijen, Hizbullah menerima nilai 7 dan IDF  6, dalam hal doktrin dan strategi militer Hizbullah menerima 9 dan IDF yang 5, Dalam hal teknologi, IDF menerima 9 dan Hizbullah yang 5, dalam hal pelatihan dan organisasi, Hizbullah menerima 8 dan IDF 7, dan dalam hal komando taktis Hizbullah menerima 8 dan IDF 6.
24 pejabat senior IDF yang dimintai penilaian juga memutuskan bahwa Hizbullah memiliki motivasi untuk menang lebih besar daripada IDF. Hizbullah mendapat nilai 8 dalam kategori motivasi, sedangkan IDF mencetak gol hanya 4.
Dalam artikel itu, Sandman mengklaim bahwa IDF saat ini dipimpin dengan cara yang tidak akan mampu mencegah ribuan pejuang Hizbullah atau Syiria untuk menyusup jauh ke dalam Israel.
Perang berikutnya, tulisnya, kemungkinan akan mencakup pengiriman ratusan Hizbullah dengan masing-masing tim terdiri dari 4-5 orang pejuang, dipersenjatai dengan peluru kendali anti-tank dan senapan sniper, ke Galilea.
"Kita perlu mengakui bahwa IDF dengan strukturnya saat ini tidak akan dapat memberikan respon terhadap pasukan yang diperlengkapi dengan luar biasa baik yang sedang bangkit untuk menghancurkan Negara Israel," tulisnya.
Ratusan skuad ini akan dapat mengandalkan infrastruktur lokal Israel-Arab di Galilea, tulis Sandman. Dia merekomendasikan agar IDF segera mendirikan pasukan elit pengintai yang mampu melawan ancaman ini.
Sandman juga memperingatkan kemungkinan bahwa dalam konflik di masa depan, Amerika Serikat mungkin tidak akan membantu Israel seperti yang terjadi di masa lalu.
Selama perang 2006 dan Perang Yom Kippur pada tahun 1973, AS menerbangkan persenjataan maju ditambah dengan amunisi ke Israel untuk mengisi stok yang terus berkurang.
Sandman memperingatkan dua katalis utama yang menjadikan kemungkinan berkurangnya dukungan. Yang pertama adalah apa yang ia sebut menurunnya pengaruh komunitas Yahudi atas pemerintah AS.
"Tren ini akan terus menjadi lebih buruk, mengacu pada asimilasi dan cepatnya kebangkitan minoritas lain seperti Hispanik, yang saat ini mencapai 30 juta orang di AS," tulisnya.
Yang kedua adalah kemungkinan perubahan dalam pemerintahan dan kebijakan berikutnya yang akan "dapat membuat Israel kehilangan sekutu."
Kesimpulannya, Sandman merekomendasikan IDF untuk meminta AS membangun gudang tambahan untuk persediaan persenjataan darurat di Israel, sekalipun "jika Israel harus membayar untuk perawatannya."
Walaupun saat ini diketahui bahwa AS telah memiliki beberapa gudang persenjataan di Israel.
Rekomendasi kedua adalah bahwa Israel dan AS mengadakan latihan bersama untuk mempersiapkan kemungkinan bahwa IDF suatu hari akan berada di bawah ancaman dan memerlukan dukungan pasukan Amerika.
"Dukungan semacam ini akan menjadi penting suatu hari dalam keadaan darurat, namun sekaligus juga berfungsi sebagai penghalang untuk musuh ketika merencanakan sebuah serangan," tulisnya. (ad/jp/wp) Dikutip oleh www.suaramedia.com

Bacsktreet IDF Boys's video

'Backstreet IDF Boys' Bikin Militer Israel Murka


Sekelompok pasukan Israel yang sedang bosan dalam menjalankan patroli mereka di kota Hebron Tepi Barat telah menuai kemarahan pihak militer Israel, setelah sebuah video clip mereka diposting ke situs berbagi video Youtube.
Dalam video yang hanya berdurasi kurang dari dua menit tersebut, nampak sekelompok pasukan Israel yang berjumlah enam orang dengan bersenjata senapan serbu sedang berkeliaran di jalanan kosong kota Hebron sewaktu suara adzan panggilan shalat terdengar di kota tersebut.
Tiba-tiba, terdengar suara musik dari penyanyi AS Kesha dengan lagunya "Tick Tock" menghentikan langkah para tentara yang sedang berpatroli itu. Dan selang beberapa saat ke enam tentara yang sedang kurang kerjaan tersebut mulai bergoyang, bergerak, menari - meskipun masih agak kikuk - dengan gaya tarian Spanyol Macarena mengikuti irama musik "Tick Tock".
"Tonight I'm gonna fight, Till we see the sunlight, Tick tock on the clock but the party don't stop, no," sepotong bait lagu dari penyanyi pop AS Kesha yang mengiringi tarian para Backstreet IDF Boys jadi-jadian tersebut.
Tidak beberapa lama setelah mereka menari, tiba-tiba para prajurit itu segera kembali ke posisi mereka dan kembali melakukan serta melanjutkan patroli di jalanan kota Hebron, kota di mana sekitar 600 pemukim Israel garis keras tinggal di tengah-tengah 160.000 warga Palestina.
Video ini sempat mendapat view yang tinggi namun Senin kemarin video yang bertajuk "Battalion 50 Rock the Hebron Casbah" sempat menghilang dari Youtube, sepertinya diturunkan oleh orang yang menguploadnya. Namun hari ini sudah ada puluhan video sejenis yang terposting di Youtube.
Pihak Militer Murka
Pihak militer Israel sendiri marah dengan video yang beredar di Youtube tersebut, mereka mengatakan: "Ini adalah lelucon yang dibuat oleh para tentara Israel dan kejadian ini sedang diselidiki oleh komandan batalion," kata pernyataan singkat militer Israel.
Dan militer Israel menegaskan mereka akan menghukum para Backstreet IDF Boys jadi-jadian ini, karena dianggap melakukan sesuatu yang tidak pantas selama menjalankan operasi militer.
Video sejenis yang kembali banyak beredar di Youtube bahkan ada yang memberi judul "It's easy to laugh at the occupation when you're the oppressor" (Sangat mudah untuk tertawa di tanah pendudukan ketika anda menjadi seorang penindas.(fq/aby)